Support the Haiti Disaster Relief Effort


loading,sabar menanti,kacian d lu...

Senin, 11 Januari 2010

Atelier Iris


Atelier Iris pertama kali hadir di pasaran Amerika melalui Atelier Iris Eternal Mana tahun 2006 lalu. Konsepnya yang menggabungkan pengetahuan alkimia (alchemy) sebagai dasar ceritanya ternyata menarik perhatian orang. Konsep unik ini membuat Atlus berani membawa sekuelnya yang berjudul Azoth of Destiny ke pasaran Amerika. Kali ini anda bisa memainkan dua karakter utama dalam game ini secara berganti-gantian.
Graphic (7 / 10)
Grafis in-game Atelier Iris 2 masih berbentuk 2D dan jujur saja – tampak ketinggalan jaman dibandingkan RPG-RPG sekarang. Saya yakin bahwa konsol seperti Playstation saja masih bisa menampilkan grafis dalam game ini.
Yang memberi nilai tambah pada bagian grafisnya malah ilustrasi karakter saat anda sedang berbicara. Masing-masing tergambarkan dengan hidup dan menarik (colorful). Mirip rasanya seperti memainkan game Rhapsody dulu. Game ini juga memiliki opening anime dan cutscene anime (walaupun jumlahnya tidak banyak).
Latar belakang dalam dungeon juga di beberapa tempat nampak seperti berulang-ulang. Sepertinya sang ilustrator sedikit malas untuk menggambarkan berbagai variasi dungeon. Ini diperparah dengan animasi karakter yang bisa ‘menembus’ pintu ketimbang membukanya. Jurus-jurus spesial atau magic yang ditampilkan dalam game ini juga terkesan ala kadarnya. Jelas kalau game ini tidak digarap dengan maksimal dalam bidang grafis.
Sound (8 / 10)
Luar biasa, keberanian Atlus untuk memberikan fungsi dua voice acting dalam game ini layak diacungi jempol. Anda yang ingin mendengarkan versi bahasa Inggrisnya takkan terlalu kecewa karena mereka yang mendubbing suara karakter-karakter utama anda cukup mampu menjiwai karakter mereka.
Tentu saja voice actors itu semua terkesan amatiran kalau dibandingkan dengan seiyuu asli game ini dari Jepang. Semuanya mampu menjiwai peran mereka dengan baik dan sempurna. Galahad yang berwibawa misalnya diisi oleh seiyuu dengan suara berat dan berkarakter. Ini membuat percakapan (yang sering diisi suara pada event lumayan penting) menjadi enak, menarik untuk diikuti – sekaligus membuat setting dunia Atelier Iris 2 lebih hidup.
Bagaimana dengan OST dalam game ini? Tidak jelek. Secara keseluruhan warna musik yang digambarkan game ini cenderung ceria dan riang. Tidak ada musik (setidaknya sampai sekarang) yang terkesan memorable dan terngiang terus di kepala saya. Toh, setidaknya musik dalam game ini juga tidak memaksa saya untuk mematikan suara TV saya. Secara keseluruhan, department suara dalam game ini mengalami acungan jempol saya dengan keberanian mereka membawa para seiyuu Jepangnya ke pasaran internasional.
Gameplay (7 / 10)
Yang paling disorot dalam game ini adalah sistem dua karakter utama yang ada. Felt dan Viese adalah teman baik semenjak kecil. Felt mendapat panggilan untuk ke dunia lain dan berpetualang di sana sementara Viese menunggunya di rumah. Sementara Felt bertemu kawan baru dan bertarung, Viese akan membantunya dengan menciptakan (istilah dalam game ini: Synthesis) item-item yang ia perlukan untuk melanjutkan perjalanannya. Berarti game ini tidak memiliki toko item di dalamnya? Tidak juga, tetapi item yang dijual di dalamnya bisa dibilang merupakan bahan mentah yang harus diolah dan diramu dulu supaya siap pakai. Pergantian skenario antara kedua orang inilah yang membuat Atelier Iris kedua ini berbeda dengan sang pendahulu.
Kemudian battle system dalam game ini mirip dengan sistem Grandia. Bar waktu anda terbagi dalam dua warna: Kuning dan merah. Ikon anda dan musuh akan bergerak di line bar. Sampai di ujung anda bisa langsung memasukkan perintah dan mengeksekusi serangan anda.
Anda memiliki dua sistem attack mendasar: Combo dan Break. Break memiliki fungsi yang mirip dengan serangan Cancel di Grandia. Anda bisa memukul mundur ikon musuh anda. Inilah yang menarik dari sistem battle game ini, apabila anda mampu memukul ikon musuh sampai di garis kuning maka pertahanannya akan terbuka dan anda dapat langsung menyambung serangan dengan karakter lainnya untuk menciptakan combo (chain attack).
Combo di sini tidak hanya akan menimbulkan damage yang lebih besar kepada musuh tetapi juga akan meningkatkan experience dan skill point (point untuk mempelajari skill tertentu) seusai battle. Inilah yang memberi kesan kepuasan sendiri kalau mampu menyambung serangan demi serangan dan menciptakan kombo dalam game ini.
Game ini juga memperbolehkan anda mengupgrade senjata anda (dengan tutorial ‘paksa’ blacksmith) – tentu saja dengan dasar alkimia juga. Gameplay dari game ini secara keseluruhan memang masih berkisar pada dunia alkimia. Unik, impresif, tetapi karena level kesulitan yang terasa terlalu mudah membuat semua kompleksitas gameplay ini terasa hambar. Buat apa menciptakan item yang luar biasa hebatnya kalau dengan item sekarang saja anda bisa menghabisi musuh-musuh yang ada?
Longetivity (6.5 / 10)
Tergantung. Cerita utama dalam game ini nantinya terbagi dalam 22 chapter utama. Game ini tidak akan makan waktu lebih lama dari 25 jam untuk menyelesaikannya. (Sekarang saya sudah memainkan game ini selama 15 jam dan sudah mencapai chapter 16 dalam ceritanya). Untungnya saja game ini memiliki banyak subquest sampingan. Mengumpulkan resep-resep komplit segala macam item adalah tantangan tersendiri, mengumpulkan item-item yang dibutuhkan adalah tantangan lainnya lagi.
Sayangnya walau subquestnya banyak tetapi kota dalam game ini sangat-sangat kecil. Anda hampir tidak bisa menjelajahi manapun dengan kota yang demikian kecilnya. Lebih buruk lagi, karakter-karakter NPC dalam game ini nampak seperti robot. Mereka hanya berbicara tidak lebih dari dua tiga kalimat dan sangat repetitf. Ini membuat suasana dunia dalam game ini terasa kurang hidup. Ini makin mengurangi keinginan saya untuk terlibat hal lain di luar jalan cerita utama. Cerita dalam game ini? Bisa dibilang cukup sederhana dan mengambil tema sederhana penyelamatan dunia.
Editor’s Tilt (7.5 / 10)
Karena ini bisa dibilang game pertama Atelier Iris, saya masih terpukau dengan berbagai aspek dalam game ini. Konsep alkimia dan dual karakter yang diterapkan membuat game ini terasa tidak mainstream (seperti RPG SquareEnix kebanyakan misalnya). Tidak mainstream nyatanya tidak membuat game ini simple. Game ini memiliki kompleksitasnya tersendiri dengan sistem alkimianya.
Lagipula level kesulitannya yang rendah dan animasi yang cerah dan berwarna-warni bisa menarik banyak rpger (termasuk gamer wanita) untuk memainkan game ini. Kalau anda pernah memainkan dan menggemari game macam Rhapsody di Playstation dahulu, maka dipastikan game ini juga akan menarik minat anda.

Atelier Iris


Atelier Iris pertama kali hadir di pasaran Amerika melalui Atelier Iris Eternal Mana tahun 2006 lalu. Konsepnya yang menggabungkan pengetahuan alkimia (alchemy) sebagai dasar ceritanya ternyata menarik perhatian orang. Konsep unik ini membuat Atlus berani membawa sekuelnya yang berjudul Azoth of Destiny ke pasaran Amerika. Kali ini anda bisa memainkan dua karakter utama dalam game ini secara berganti-gantian.
Graphic (7 / 10)
Grafis in-game Atelier Iris 2 masih berbentuk 2D dan jujur saja – tampak ketinggalan jaman dibandingkan RPG-RPG sekarang. Saya yakin bahwa konsol seperti Playstation saja masih bisa menampilkan grafis dalam game ini.
Yang memberi nilai tambah pada bagian grafisnya malah ilustrasi karakter saat anda sedang berbicara. Masing-masing tergambarkan dengan hidup dan menarik (colorful). Mirip rasanya seperti memainkan game Rhapsody dulu. Game ini juga memiliki opening anime dan cutscene anime (walaupun jumlahnya tidak banyak).
Latar belakang dalam dungeon juga di beberapa tempat nampak seperti berulang-ulang. Sepertinya sang ilustrator sedikit malas untuk menggambarkan berbagai variasi dungeon. Ini diperparah dengan animasi karakter yang bisa ‘menembus’ pintu ketimbang membukanya. Jurus-jurus spesial atau magic yang ditampilkan dalam game ini juga terkesan ala kadarnya. Jelas kalau game ini tidak digarap dengan maksimal dalam bidang grafis.
Sound (8 / 10)
Luar biasa, keberanian Atlus untuk memberikan fungsi dua voice acting dalam game ini layak diacungi jempol. Anda yang ingin mendengarkan versi bahasa Inggrisnya takkan terlalu kecewa karena mereka yang mendubbing suara karakter-karakter utama anda cukup mampu menjiwai karakter mereka.
Tentu saja voice actors itu semua terkesan amatiran kalau dibandingkan dengan seiyuu asli game ini dari Jepang. Semuanya mampu menjiwai peran mereka dengan baik dan sempurna. Galahad yang berwibawa misalnya diisi oleh seiyuu dengan suara berat dan berkarakter. Ini membuat percakapan (yang sering diisi suara pada event lumayan penting) menjadi enak, menarik untuk diikuti – sekaligus membuat setting dunia Atelier Iris 2 lebih hidup.
Bagaimana dengan OST dalam game ini? Tidak jelek. Secara keseluruhan warna musik yang digambarkan game ini cenderung ceria dan riang. Tidak ada musik (setidaknya sampai sekarang) yang terkesan memorable dan terngiang terus di kepala saya. Toh, setidaknya musik dalam game ini juga tidak memaksa saya untuk mematikan suara TV saya. Secara keseluruhan, department suara dalam game ini mengalami acungan jempol saya dengan keberanian mereka membawa para seiyuu Jepangnya ke pasaran internasional.
Gameplay (7 / 10)
Yang paling disorot dalam game ini adalah sistem dua karakter utama yang ada. Felt dan Viese adalah teman baik semenjak kecil. Felt mendapat panggilan untuk ke dunia lain dan berpetualang di sana sementara Viese menunggunya di rumah. Sementara Felt bertemu kawan baru dan bertarung, Viese akan membantunya dengan menciptakan (istilah dalam game ini: Synthesis) item-item yang ia perlukan untuk melanjutkan perjalanannya. Berarti game ini tidak memiliki toko item di dalamnya? Tidak juga, tetapi item yang dijual di dalamnya bisa dibilang merupakan bahan mentah yang harus diolah dan diramu dulu supaya siap pakai. Pergantian skenario antara kedua orang inilah yang membuat Atelier Iris kedua ini berbeda dengan sang pendahulu.
Kemudian battle system dalam game ini mirip dengan sistem Grandia. Bar waktu anda terbagi dalam dua warna: Kuning dan merah. Ikon anda dan musuh akan bergerak di line bar. Sampai di ujung anda bisa langsung memasukkan perintah dan mengeksekusi serangan anda.
Anda memiliki dua sistem attack mendasar: Combo dan Break. Break memiliki fungsi yang mirip dengan serangan Cancel di Grandia. Anda bisa memukul mundur ikon musuh anda. Inilah yang menarik dari sistem battle game ini, apabila anda mampu memukul ikon musuh sampai di garis kuning maka pertahanannya akan terbuka dan anda dapat langsung menyambung serangan dengan karakter lainnya untuk menciptakan combo (chain attack).
Combo di sini tidak hanya akan menimbulkan damage yang lebih besar kepada musuh tetapi juga akan meningkatkan experience dan skill point (point untuk mempelajari skill tertentu) seusai battle. Inilah yang memberi kesan kepuasan sendiri kalau mampu menyambung serangan demi serangan dan menciptakan kombo dalam game ini.
Game ini juga memperbolehkan anda mengupgrade senjata anda (dengan tutorial ‘paksa’ blacksmith) – tentu saja dengan dasar alkimia juga. Gameplay dari game ini secara keseluruhan memang masih berkisar pada dunia alkimia. Unik, impresif, tetapi karena level kesulitan yang terasa terlalu mudah membuat semua kompleksitas gameplay ini terasa hambar. Buat apa menciptakan item yang luar biasa hebatnya kalau dengan item sekarang saja anda bisa menghabisi musuh-musuh yang ada?
Longetivity (6.5 / 10)
Tergantung. Cerita utama dalam game ini nantinya terbagi dalam 22 chapter utama. Game ini tidak akan makan waktu lebih lama dari 25 jam untuk menyelesaikannya. (Sekarang saya sudah memainkan game ini selama 15 jam dan sudah mencapai chapter 16 dalam ceritanya). Untungnya saja game ini memiliki banyak subquest sampingan. Mengumpulkan resep-resep komplit segala macam item adalah tantangan tersendiri, mengumpulkan item-item yang dibutuhkan adalah tantangan lainnya lagi.
Sayangnya walau subquestnya banyak tetapi kota dalam game ini sangat-sangat kecil. Anda hampir tidak bisa menjelajahi manapun dengan kota yang demikian kecilnya. Lebih buruk lagi, karakter-karakter NPC dalam game ini nampak seperti robot. Mereka hanya berbicara tidak lebih dari dua tiga kalimat dan sangat repetitf. Ini membuat suasana dunia dalam game ini terasa kurang hidup. Ini makin mengurangi keinginan saya untuk terlibat hal lain di luar jalan cerita utama. Cerita dalam game ini? Bisa dibilang cukup sederhana dan mengambil tema sederhana penyelamatan dunia.
Editor’s Tilt (7.5 / 10)
Karena ini bisa dibilang game pertama Atelier Iris, saya masih terpukau dengan berbagai aspek dalam game ini. Konsep alkimia dan dual karakter yang diterapkan membuat game ini terasa tidak mainstream (seperti RPG SquareEnix kebanyakan misalnya). Tidak mainstream nyatanya tidak membuat game ini simple. Game ini memiliki kompleksitasnya tersendiri dengan sistem alkimianya.
Lagipula level kesulitannya yang rendah dan animasi yang cerah dan berwarna-warni bisa menarik banyak rpger (termasuk gamer wanita) untuk memainkan game ini. Kalau anda pernah memainkan dan menggemari game macam Rhapsody di Playstation dahulu, maka dipastikan game ini juga akan menarik minat anda.

0 komentar anda:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates