Support the Haiti Disaster Relief Effort


loading,sabar menanti,kacian d lu...

Senin, 11 Januari 2010

Final Fight Streetwise


Final Fight Streetwise Cover
Final Fight adalah salah satu pelopor Beat Em Up modern. Memang semua orang mengenal Beat Em Up semenjak Nintendo saat Double Dragon muncul, tetapi duo Final Fight dan Street of Rage (Bare Knuckle) yang mengangkat Beat Em Up ke masa-masa keemasannya. Sekuel terakhir Final Fight adalah pada seri ketiga ketika diluncurkan di SNES. Semenjak itu, Final Fight mengalami mati suri. Dua karakternya seperti Guy dan Cody hanya bisa dinikmati melalui game duel Capcom Street Fighter Zero. Tetapi akhirnya tahun ini, Capcom memutuskan untuk membuat sekuel sesungguhnya dari Final Fight dan merombak konsepnya secara keseluruhan!
Graphic (7 / 10)
Dalam in-gamenya sendiri, grafis dari Streetwise ini cukup baik. Detail bangunannya tampak indah dan megah. Saya sendiri menyukai lingkungan dari Metro City yang dirender 3D ini. Yang paling terkenang mungkin adalah saat saya memasuki bagian subway. Jadi teringat ketika saya sedang memainkan Final Fight klasik dulu! Sayangnya, dalam FMV pun tidak ada peningkatan (jadi serasa hanya menonton cut-scene saja, which is bad).
Menurut saya karakternya juga kelihatan original dan menarik. Desain dari karakter baru seperti Kyle, Vanessa, Blade, dan lainnya tampak baru dan cukup inovatif. Bagaimana dengan tiga karakter lama dari Final Fight dahulu? Cody, Haggar, dan Guy semuanya kembali dengan desain baru (kecuali Haggar yang mungkin agak mirip dengan desain lamanya). Yang paling saya sukai di antara ketiganya adalah desain Cody (dengan baju bekas penjaranya, karena game ini nampaknya adalah kelanjutan dari saat di mana Cody sudah keluar dari penjara). Bandingkan dengan Guy yang malah dapat tambahan tato norak!
Yang saya sayangkan adalah para pejalan kaki dalam game ini. Mereka masing-masing kok tampilannya mirip dan kurang variatif. Lantas ke mana ya yang namanya mobil di dalam game ini? Jalanan di Metro City seakan-akan cuma dipenuhi oleh pejalan kaki dan kekurangan alat transportasi selain subway! Lebih lanjut mengenai Metro City, kota ini ternyata dibagi menjadi empat bagian yang masing-masing sepertinya memiliki ‘penguasa’ wilayahnya sendiri. Keempat daerah ini memiliki karakteristik masing-masing yang membedakannya satu dengan lainnya.
Sound (8.5 / 10)
Ini jelas merupakan aspek terbaik dari seluruh game ini. Streetwise menghadirkan berbagai macam lagu hip hop metal yang senada dengan gaya urban dalam game ini. Mungkin kalau dalam hal macam free-roaming begini hanya GTA saja yang menawarkan soundtrack lebih bervariasi!
Kemudian pengisian suara karakternya benar-benar dilakukan dengan baik. Vanessa diisi dengan suara gadis seksi ala penjaga bar. Kemudian Blade mirip dengan seorang psikopat sungguhan. Cody dan Kyle juga diisi dengan pengisi suara ala seorang pemuda jagoan jalanan. Guy walaupun saya nilai paling kurang di sini toh juga memiliki aksen suara oriental yang kental dalam Inggrisnya.
Sektor ini sebenarnya ingin saya beri nilai 9, tetapi saya reduksi menjadi 8.5 karena dua kelemahan di dalamnya. Yang pertama sekali lagi suara environmentnya. Aduh, kenapa semua orang yang berbicara dengan Kyle suaranya buruk sekali (bandingkan dengan GTA misalnya yang suaranya lebih hidup dan bervariasi). Kemudian terlalu banyak makian dalam game ini. Hitung saja ada berapa kali kata “s*it” ataupun kata “f*ck” muncul dalam game ini! Pertamanya memang menarik dan menggambarkan karakternya sebagai tough. Tetapi setelah kelamaan, kok jadi seorang yang temperamental dan kurang pendidikan ya?
Gameplay (6 / 10)
Begitu banyak potensi dalam game ini yang sayangnya gagal dikembangkan maksimum oleh Capcom. Memainkan Streetwise di mata saya mirip dengan memainkan Final Fight, GTA, dan Resident Evil dicampur menjadi satu. Ada acara pukul memukul ala Final Fight klasik (yang diperbarui dalam dunia 3D), kemudian ada konsep free-roaming di Metro City yang mengambil dari GTA (lebih mirip ke Shenmue sebenarnya), dan terakhir ada drug yang membuat orang menjadi seperti mayat hidup – dan bila terekspos dalam kadar lebih tinggi menjadikan orang itu monster.. ehem.. seperti G-Virus dan T-Virus.
Kita diberi kesempatan mengendalikan Kyle Travers di sini. Kyle adalah adik dari Cody Travers yang tersohor dari Final Fight itu. Sang kakak kelihatannya sedang tersandung masalah di sini dan Kyle harus menyelesaikan masalah itu. Yang lebih buruk lagi, Cody tersangkut dalam masalah sebuah penyelundupan dan penyebaran obat ilegal bernama GLOW di Metro City. Kyle harus berkelana dari The Hood tempatnya sampai ke daerah Little Italy bahkan Japantown untuk mencari tahu mengenai keberadaan Cody. Sepanjang perjalanannya ia akan bertemu dengan musuh-musuh yang mengincar nyawanya, dan juga sahabat-sahabat lama Cody yang akan membantunya.
Kontrol dalam game ini lumayan mudah dilakukan. Tidak makan waktu banyak bagi anda untuk mahir menggunakan kombo-kombo dalam game ini.Yang menyebalkan adalah sudut pandang dalam game ini yang terkadang default anglenya buruk sekali. Saya berkali-kali harus memutar kameranya apabila sedang berada dalam pertarungan di ruangan sempit karena kameranya berkali-kali menyorot Kyle terlalu dekat. Kombo-kombo dalam game ini juga perannya kurang signifikan sebab Kyle hampir pasti bisa menghajar semua musuh dengan kombo-kombo default yang telah ia miliki.
Mau dibilang free-roaming ala GTA, nyatanya Streetwise kurang memberikan kebebasan untuk itu. Metro City rasanya terlalu sempit untuk dijelajahi apalagi untuk dibandingkan dengan GTA. Capcom berusaha mengkompensasikannya dengan berbagai mini-game dalam game ini. Beberapa mini gamenya unik dan tolol seperti menginjak kecoa atau menghancurkan mobil, tetapi harus saya akui cukup menarik. Permainan mini-game ini akan menghasilkan uang apabila anda menyelesaikannya dan uang itu bisa berguna bagi anda untuk membeli jurus-jurus baru.
Kompensasi lain Capcom adalah menyediakan beberapa bonus features yang sekali lagi kurang menarik. Ada tiga video klip dari penyanyi OST dalam game ini. Dua tambahan feature lainnya adalah dua jenis Arcade mode dari Final Fight. Yang pertama adalah Final Fight klasik yang emulasinya sangat buruk karena tersendat-sendat (saya tidak mengerti kenapa Capcom yang bisa mengemulasikan game SNES begitu sempurna ke GBA malahan gagal total mengemulasikannya ke PS2?!). Dan yang kedua adalah Final Fight Arcade modern yang bergaya main ala Crisis Beat dulu. Kedua bonus game ini bisa dimainkan secara kooperatif dengan teman anda.
Longetivity (6 / 10)
Pendek sekali. Saya menyelesaikan game ini dalam waktu kurang lebih 6 sampai 7 jam dengan melengkapi semua skill yang ada, meningkatkan respect saya di semua wilayah, melengkapi dan membeli semua OST yang ada, menyelesaikan semua mini game yang ada, dan intinya saya mendapatkan segalanya 100% dalam kurun waktu tersebut. Sementara saya tidak tertarik sesungguhnya dengan game ini dari segi gameplay, saya cukup terkesan dengan segi cerita yang ditawarkan oleh Streetwise. Mereka benar-benar berusaha mengembangkan sifat-sifat karakter Final Fight dahulu. Satu hal saja yang saya bingung, ke mana perginya Jessica yang merupakan pacar Cody ya dalam game ini? Kok dia sama sekali tidak muncul? Lantas bagaimana hubungan Haggar, Guy, dengan Cody selanjutnya?
Nah, karena mengikutinya demi storyline saja, bisa dibilang sajian utama dalam Final Fight ini hanya akan saya nikmati sekali. Beda cerita kalau dengan Arcade Modenya (yang versi modern). Karena kritis game beat me up yang menawakan sistem kooperasi di PS2, game ini menjadi alternatif yang menyenangkan bagi saya dan teman saya untuk menyelesaikannya. Sintingnya, Capcom tidak menawarkan opsi Continue sehingga kalau saya dan teman saya Game Over, terpaksalah kita mengulangi versi Arcadenya dari awal. Ini meningkatkan status replayability dan longetivity dari game ini, walau tidak banyak.
Editor’s Tilt (7 / 10)
Secara keseluruhan, saya bisa dibilang cukup menikmati game ini. Kendati game ini menyisakan begitu banyak ruang untuk diperbaiki kalau digarap sekuelnya nanti (saya harap dibuat!), setidaknya game ini telah berhasil meninggalkan landasan dasar yang kokoh untuk seri Final Fight modern.
Harapan saya untuk game berikutnya adalah lebih banyak lagi mengikut-sertakan karakter dari Final Fight lainnya (memang yang mainstream adalah ketiga orang itu, tetapi ada banyak bukan karakter dari Final Fight lainnya? Saya menunggu keluarnya Maki misalnya!). Kemudian Metro City saya harap bisa diperluas lebih besar lagi. Ayolah Capcom, jangan pelit begitu. Metro City kurang asyik dijelajahi bila hanya sebesar itu.

Final Fight Streetwise


Final Fight Streetwise Cover
Final Fight adalah salah satu pelopor Beat Em Up modern. Memang semua orang mengenal Beat Em Up semenjak Nintendo saat Double Dragon muncul, tetapi duo Final Fight dan Street of Rage (Bare Knuckle) yang mengangkat Beat Em Up ke masa-masa keemasannya. Sekuel terakhir Final Fight adalah pada seri ketiga ketika diluncurkan di SNES. Semenjak itu, Final Fight mengalami mati suri. Dua karakternya seperti Guy dan Cody hanya bisa dinikmati melalui game duel Capcom Street Fighter Zero. Tetapi akhirnya tahun ini, Capcom memutuskan untuk membuat sekuel sesungguhnya dari Final Fight dan merombak konsepnya secara keseluruhan!
Graphic (7 / 10)
Dalam in-gamenya sendiri, grafis dari Streetwise ini cukup baik. Detail bangunannya tampak indah dan megah. Saya sendiri menyukai lingkungan dari Metro City yang dirender 3D ini. Yang paling terkenang mungkin adalah saat saya memasuki bagian subway. Jadi teringat ketika saya sedang memainkan Final Fight klasik dulu! Sayangnya, dalam FMV pun tidak ada peningkatan (jadi serasa hanya menonton cut-scene saja, which is bad).
Menurut saya karakternya juga kelihatan original dan menarik. Desain dari karakter baru seperti Kyle, Vanessa, Blade, dan lainnya tampak baru dan cukup inovatif. Bagaimana dengan tiga karakter lama dari Final Fight dahulu? Cody, Haggar, dan Guy semuanya kembali dengan desain baru (kecuali Haggar yang mungkin agak mirip dengan desain lamanya). Yang paling saya sukai di antara ketiganya adalah desain Cody (dengan baju bekas penjaranya, karena game ini nampaknya adalah kelanjutan dari saat di mana Cody sudah keluar dari penjara). Bandingkan dengan Guy yang malah dapat tambahan tato norak!
Yang saya sayangkan adalah para pejalan kaki dalam game ini. Mereka masing-masing kok tampilannya mirip dan kurang variatif. Lantas ke mana ya yang namanya mobil di dalam game ini? Jalanan di Metro City seakan-akan cuma dipenuhi oleh pejalan kaki dan kekurangan alat transportasi selain subway! Lebih lanjut mengenai Metro City, kota ini ternyata dibagi menjadi empat bagian yang masing-masing sepertinya memiliki ‘penguasa’ wilayahnya sendiri. Keempat daerah ini memiliki karakteristik masing-masing yang membedakannya satu dengan lainnya.
Sound (8.5 / 10)
Ini jelas merupakan aspek terbaik dari seluruh game ini. Streetwise menghadirkan berbagai macam lagu hip hop metal yang senada dengan gaya urban dalam game ini. Mungkin kalau dalam hal macam free-roaming begini hanya GTA saja yang menawarkan soundtrack lebih bervariasi!
Kemudian pengisian suara karakternya benar-benar dilakukan dengan baik. Vanessa diisi dengan suara gadis seksi ala penjaga bar. Kemudian Blade mirip dengan seorang psikopat sungguhan. Cody dan Kyle juga diisi dengan pengisi suara ala seorang pemuda jagoan jalanan. Guy walaupun saya nilai paling kurang di sini toh juga memiliki aksen suara oriental yang kental dalam Inggrisnya.
Sektor ini sebenarnya ingin saya beri nilai 9, tetapi saya reduksi menjadi 8.5 karena dua kelemahan di dalamnya. Yang pertama sekali lagi suara environmentnya. Aduh, kenapa semua orang yang berbicara dengan Kyle suaranya buruk sekali (bandingkan dengan GTA misalnya yang suaranya lebih hidup dan bervariasi). Kemudian terlalu banyak makian dalam game ini. Hitung saja ada berapa kali kata “s*it” ataupun kata “f*ck” muncul dalam game ini! Pertamanya memang menarik dan menggambarkan karakternya sebagai tough. Tetapi setelah kelamaan, kok jadi seorang yang temperamental dan kurang pendidikan ya?
Gameplay (6 / 10)
Begitu banyak potensi dalam game ini yang sayangnya gagal dikembangkan maksimum oleh Capcom. Memainkan Streetwise di mata saya mirip dengan memainkan Final Fight, GTA, dan Resident Evil dicampur menjadi satu. Ada acara pukul memukul ala Final Fight klasik (yang diperbarui dalam dunia 3D), kemudian ada konsep free-roaming di Metro City yang mengambil dari GTA (lebih mirip ke Shenmue sebenarnya), dan terakhir ada drug yang membuat orang menjadi seperti mayat hidup – dan bila terekspos dalam kadar lebih tinggi menjadikan orang itu monster.. ehem.. seperti G-Virus dan T-Virus.
Kita diberi kesempatan mengendalikan Kyle Travers di sini. Kyle adalah adik dari Cody Travers yang tersohor dari Final Fight itu. Sang kakak kelihatannya sedang tersandung masalah di sini dan Kyle harus menyelesaikan masalah itu. Yang lebih buruk lagi, Cody tersangkut dalam masalah sebuah penyelundupan dan penyebaran obat ilegal bernama GLOW di Metro City. Kyle harus berkelana dari The Hood tempatnya sampai ke daerah Little Italy bahkan Japantown untuk mencari tahu mengenai keberadaan Cody. Sepanjang perjalanannya ia akan bertemu dengan musuh-musuh yang mengincar nyawanya, dan juga sahabat-sahabat lama Cody yang akan membantunya.
Kontrol dalam game ini lumayan mudah dilakukan. Tidak makan waktu banyak bagi anda untuk mahir menggunakan kombo-kombo dalam game ini.Yang menyebalkan adalah sudut pandang dalam game ini yang terkadang default anglenya buruk sekali. Saya berkali-kali harus memutar kameranya apabila sedang berada dalam pertarungan di ruangan sempit karena kameranya berkali-kali menyorot Kyle terlalu dekat. Kombo-kombo dalam game ini juga perannya kurang signifikan sebab Kyle hampir pasti bisa menghajar semua musuh dengan kombo-kombo default yang telah ia miliki.
Mau dibilang free-roaming ala GTA, nyatanya Streetwise kurang memberikan kebebasan untuk itu. Metro City rasanya terlalu sempit untuk dijelajahi apalagi untuk dibandingkan dengan GTA. Capcom berusaha mengkompensasikannya dengan berbagai mini-game dalam game ini. Beberapa mini gamenya unik dan tolol seperti menginjak kecoa atau menghancurkan mobil, tetapi harus saya akui cukup menarik. Permainan mini-game ini akan menghasilkan uang apabila anda menyelesaikannya dan uang itu bisa berguna bagi anda untuk membeli jurus-jurus baru.
Kompensasi lain Capcom adalah menyediakan beberapa bonus features yang sekali lagi kurang menarik. Ada tiga video klip dari penyanyi OST dalam game ini. Dua tambahan feature lainnya adalah dua jenis Arcade mode dari Final Fight. Yang pertama adalah Final Fight klasik yang emulasinya sangat buruk karena tersendat-sendat (saya tidak mengerti kenapa Capcom yang bisa mengemulasikan game SNES begitu sempurna ke GBA malahan gagal total mengemulasikannya ke PS2?!). Dan yang kedua adalah Final Fight Arcade modern yang bergaya main ala Crisis Beat dulu. Kedua bonus game ini bisa dimainkan secara kooperatif dengan teman anda.
Longetivity (6 / 10)
Pendek sekali. Saya menyelesaikan game ini dalam waktu kurang lebih 6 sampai 7 jam dengan melengkapi semua skill yang ada, meningkatkan respect saya di semua wilayah, melengkapi dan membeli semua OST yang ada, menyelesaikan semua mini game yang ada, dan intinya saya mendapatkan segalanya 100% dalam kurun waktu tersebut. Sementara saya tidak tertarik sesungguhnya dengan game ini dari segi gameplay, saya cukup terkesan dengan segi cerita yang ditawarkan oleh Streetwise. Mereka benar-benar berusaha mengembangkan sifat-sifat karakter Final Fight dahulu. Satu hal saja yang saya bingung, ke mana perginya Jessica yang merupakan pacar Cody ya dalam game ini? Kok dia sama sekali tidak muncul? Lantas bagaimana hubungan Haggar, Guy, dengan Cody selanjutnya?
Nah, karena mengikutinya demi storyline saja, bisa dibilang sajian utama dalam Final Fight ini hanya akan saya nikmati sekali. Beda cerita kalau dengan Arcade Modenya (yang versi modern). Karena kritis game beat me up yang menawakan sistem kooperasi di PS2, game ini menjadi alternatif yang menyenangkan bagi saya dan teman saya untuk menyelesaikannya. Sintingnya, Capcom tidak menawarkan opsi Continue sehingga kalau saya dan teman saya Game Over, terpaksalah kita mengulangi versi Arcadenya dari awal. Ini meningkatkan status replayability dan longetivity dari game ini, walau tidak banyak.
Editor’s Tilt (7 / 10)
Secara keseluruhan, saya bisa dibilang cukup menikmati game ini. Kendati game ini menyisakan begitu banyak ruang untuk diperbaiki kalau digarap sekuelnya nanti (saya harap dibuat!), setidaknya game ini telah berhasil meninggalkan landasan dasar yang kokoh untuk seri Final Fight modern.
Harapan saya untuk game berikutnya adalah lebih banyak lagi mengikut-sertakan karakter dari Final Fight lainnya (memang yang mainstream adalah ketiga orang itu, tetapi ada banyak bukan karakter dari Final Fight lainnya? Saya menunggu keluarnya Maki misalnya!). Kemudian Metro City saya harap bisa diperluas lebih besar lagi. Ayolah Capcom, jangan pelit begitu. Metro City kurang asyik dijelajahi bila hanya sebesar itu.

0 komentar anda:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates