Support the Haiti Disaster Relief Effort


loading,sabar menanti,kacian d lu...

Senin, 11 Januari 2010

Ninja Assassin Poster


Ninja Assassin Poster
Bila sekedar ditilik dari judulnya orang awam pasti menyangka ini sejenis B-Movie. Dan entah kenapa judulnya langsung mengingatkanku pada American Ninja yang dulu dibintangi oleh jagoan B-Movie Michael Dudikoff. Entahlah. Kurasa kamu tidak pernah bisa menganggap serius sebuah film yang dengan gagah memajang kata “ninja” di judulnya. Tambahan lagi, saya tidak terlalu yakin dengan kemampuan bela diri Rain. Konon Wachowski Brothers tertarik dengan kemampuan Rain setelah melihatnya melakukan bela diri dalam Speed Racer. Celakanya ketika saya menonton film itu, Rain malah saya nilai sebagai bagian terburuk dari film yang secara keseluruhannya saja saya tidak begitu suka. Jadi saya masuk ke dalam gedung bioskop dan tidak memasang target apa-apa.
Di dunia ini terdapat banyak sekali klan ninja yang hidup dalam bayang-bayang. Kita tidak pernah tahu mereka ada, menyangka mereka hanya sekedar mitos, tetapi percayalah kalau itu tidak benar. Ninja itu ada, dan mereka adalah pembunuh bayaran yang sangat kejam dan tidak berperi-kemanusiaan. Asalkan ada bayaran, siapapun tega mereka bunuh. Salah satu klan dalam dunia Ninja itu adalah klan Ozunu. Mereka mengambil banyak anak yatim piatu dan mendidik anak-anak tersebut menjadi jagoan silat tiada duanya. Raizo - seorang anak yatim piatu - juga bernasib sama. Ia dididik secara keras oleh sang kepala klan karena sang pimpinan percaya bahwa Raizo memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Sementara itu, seorang agen Europol bernama Mika Coretti percaya bahwa yang namanya Ninja itu sungguh ada dan klan pembunuh bayaran ini didanai oleh para tokoh politik untuk membunuh lawan-lawan mereka. Tentu saja dugaan Mika ini dicibir - kecuali oleh sang pemimpin Ryan Maslow. Sebaliknya para klan ninja yang tahu kalau keberadaan mereka tengah dilacak oleh Mika tentu tidak tinggal diam dan mengirimkan para ninja untuk membunuh Mika. Apakah Mika akan bertemu dengan Raizo? Apakah cerita film ini konyol? Bisakah Rain menjadi ninja sejati?
Jalan cerita film ini dangkal dan gampang ditebak. Seperti yang tadi saya sebut di awal review saya, memasukkan kata Ninja sebagai judul film sudah merupakan garansi kalau ceritanya bakalan kacangan. Padahal Wachowski Brothers saja sudah tidak setuju dengan skenario awal dan meminta bantuan J. Michael Straczynski untuk menulis ceritanya. Buat yang tidak tahu, Straczynski adalah salah satu penulis komik favorit saya dan terkenal dengan penulisan yang mampu mengoptimalkan sisi humanis dari seorang superhero (story arc Back in Black dan One More Day dalam Spider-man serta Silver Surfer: Requiem adalah bukti nyata dari kejeniusannya). Tapi skenario film ini ditulis dalam waktu 53 jam oleh Straczynski sehingga mungkin sekali karena itu kualitasnya juga seadanya. Paruh awal film terutama sangat membosankan karena berisi rentetan adegan flashback dari Raizo dan Raizo masa depan yang berlatih di kamarnya. Kisah flashback dari Raizo terasa bertele-tele dan terlalu klise.
Untungnya saja pacing film mulai meningkat memasuki paruh keduanya. Satu hal yang menjadi kejutan menyenangkan bagi saya adalah penampilan Rain dalam film ini. Di awal film saya masih pesimis. Saya takut kalau perannya nanti sekedar seperti Jun Ji-Hyun dalam Blood: The Last Vampire alias pendiam dan sok cool, ditambah adegan aksi ala kadarnya. Ternyata perkiraan saya meleset, di paruh awal cerita Rain langsung menunjukkan hasil latihan intensifnya. Badannya luar biasa kekar dan six-pack; intinya dia bisa langsung daftar jadi anggota tentara Raja Leonidas di 300! Lebih dari itu saya terkesima melihat bagaimana Rain memperagakan kemampuan bela dirinya. Walau belum sedahsyat - katakanlah Tony Jaa - kemampuan Rain sangat impresif. Terbukti dalam paruh kedua film ketika pertarungan-pertarungan antar ninja mulai terjadi, sutradara James McTeigue tidak takut untuk mengambil sudut gambar dari jauh dan bereksperimen dengan berbagai macam gaya sinematografi untuk menunjukkan kemampuan Rain beraksi - bandingkan dengan bagaimana kamera dalam film Blood terus menyorot Jun Ji-Hyun secara close-up untuk mencurangi penonton melihat si artis Korea beraksi. Kemampuan akting Rain juga meningkat jauh dibanding saat debut di Speed Racer. Terbukti saya beberapa kali tertawa dengan humor one-liner yang ia ucapkan.
Toh, Ninja Assassin memang dari sananya merupakan film aksi yang harus dinikmati tanpa banyak berpikir. Tampilnya Sho Kosugi sebagai pemimpin klan Ozunu dan musuh utama juga bakalan dikenali penggemar B-Movie karena aktor tersebut sering tampil dalam film bertema Ninja. Hanya saja sedikit peringatan terutama buat yang mengasosiasikan bahwa ninja hanya buat anak kecil gara-gara kebanyakan membaca Naruto: this movie is bloody… and when I say it’s bloody, I mean it’s bloodier than Saw. Ehem, ada yang ingat Ong-Bak ketika nonton film ini?

Ninja Assassin Poster


Ninja Assassin Poster
Bila sekedar ditilik dari judulnya orang awam pasti menyangka ini sejenis B-Movie. Dan entah kenapa judulnya langsung mengingatkanku pada American Ninja yang dulu dibintangi oleh jagoan B-Movie Michael Dudikoff. Entahlah. Kurasa kamu tidak pernah bisa menganggap serius sebuah film yang dengan gagah memajang kata “ninja” di judulnya. Tambahan lagi, saya tidak terlalu yakin dengan kemampuan bela diri Rain. Konon Wachowski Brothers tertarik dengan kemampuan Rain setelah melihatnya melakukan bela diri dalam Speed Racer. Celakanya ketika saya menonton film itu, Rain malah saya nilai sebagai bagian terburuk dari film yang secara keseluruhannya saja saya tidak begitu suka. Jadi saya masuk ke dalam gedung bioskop dan tidak memasang target apa-apa.
Di dunia ini terdapat banyak sekali klan ninja yang hidup dalam bayang-bayang. Kita tidak pernah tahu mereka ada, menyangka mereka hanya sekedar mitos, tetapi percayalah kalau itu tidak benar. Ninja itu ada, dan mereka adalah pembunuh bayaran yang sangat kejam dan tidak berperi-kemanusiaan. Asalkan ada bayaran, siapapun tega mereka bunuh. Salah satu klan dalam dunia Ninja itu adalah klan Ozunu. Mereka mengambil banyak anak yatim piatu dan mendidik anak-anak tersebut menjadi jagoan silat tiada duanya. Raizo - seorang anak yatim piatu - juga bernasib sama. Ia dididik secara keras oleh sang kepala klan karena sang pimpinan percaya bahwa Raizo memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Sementara itu, seorang agen Europol bernama Mika Coretti percaya bahwa yang namanya Ninja itu sungguh ada dan klan pembunuh bayaran ini didanai oleh para tokoh politik untuk membunuh lawan-lawan mereka. Tentu saja dugaan Mika ini dicibir - kecuali oleh sang pemimpin Ryan Maslow. Sebaliknya para klan ninja yang tahu kalau keberadaan mereka tengah dilacak oleh Mika tentu tidak tinggal diam dan mengirimkan para ninja untuk membunuh Mika. Apakah Mika akan bertemu dengan Raizo? Apakah cerita film ini konyol? Bisakah Rain menjadi ninja sejati?
Jalan cerita film ini dangkal dan gampang ditebak. Seperti yang tadi saya sebut di awal review saya, memasukkan kata Ninja sebagai judul film sudah merupakan garansi kalau ceritanya bakalan kacangan. Padahal Wachowski Brothers saja sudah tidak setuju dengan skenario awal dan meminta bantuan J. Michael Straczynski untuk menulis ceritanya. Buat yang tidak tahu, Straczynski adalah salah satu penulis komik favorit saya dan terkenal dengan penulisan yang mampu mengoptimalkan sisi humanis dari seorang superhero (story arc Back in Black dan One More Day dalam Spider-man serta Silver Surfer: Requiem adalah bukti nyata dari kejeniusannya). Tapi skenario film ini ditulis dalam waktu 53 jam oleh Straczynski sehingga mungkin sekali karena itu kualitasnya juga seadanya. Paruh awal film terutama sangat membosankan karena berisi rentetan adegan flashback dari Raizo dan Raizo masa depan yang berlatih di kamarnya. Kisah flashback dari Raizo terasa bertele-tele dan terlalu klise.
Untungnya saja pacing film mulai meningkat memasuki paruh keduanya. Satu hal yang menjadi kejutan menyenangkan bagi saya adalah penampilan Rain dalam film ini. Di awal film saya masih pesimis. Saya takut kalau perannya nanti sekedar seperti Jun Ji-Hyun dalam Blood: The Last Vampire alias pendiam dan sok cool, ditambah adegan aksi ala kadarnya. Ternyata perkiraan saya meleset, di paruh awal cerita Rain langsung menunjukkan hasil latihan intensifnya. Badannya luar biasa kekar dan six-pack; intinya dia bisa langsung daftar jadi anggota tentara Raja Leonidas di 300! Lebih dari itu saya terkesima melihat bagaimana Rain memperagakan kemampuan bela dirinya. Walau belum sedahsyat - katakanlah Tony Jaa - kemampuan Rain sangat impresif. Terbukti dalam paruh kedua film ketika pertarungan-pertarungan antar ninja mulai terjadi, sutradara James McTeigue tidak takut untuk mengambil sudut gambar dari jauh dan bereksperimen dengan berbagai macam gaya sinematografi untuk menunjukkan kemampuan Rain beraksi - bandingkan dengan bagaimana kamera dalam film Blood terus menyorot Jun Ji-Hyun secara close-up untuk mencurangi penonton melihat si artis Korea beraksi. Kemampuan akting Rain juga meningkat jauh dibanding saat debut di Speed Racer. Terbukti saya beberapa kali tertawa dengan humor one-liner yang ia ucapkan.
Toh, Ninja Assassin memang dari sananya merupakan film aksi yang harus dinikmati tanpa banyak berpikir. Tampilnya Sho Kosugi sebagai pemimpin klan Ozunu dan musuh utama juga bakalan dikenali penggemar B-Movie karena aktor tersebut sering tampil dalam film bertema Ninja. Hanya saja sedikit peringatan terutama buat yang mengasosiasikan bahwa ninja hanya buat anak kecil gara-gara kebanyakan membaca Naruto: this movie is bloody… and when I say it’s bloody, I mean it’s bloodier than Saw. Ehem, ada yang ingat Ong-Bak ketika nonton film ini?

0 komentar anda:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates